Lebah (an-Nahl), selain sebagai nama surat yang dipilih Tuhan untuk menggambarkan keajaiban ciptaan-Nya, juga merupakan pengantar untuk surat setelahnya (al-Isra') tentang uraian keajaiban peristiwa Isra' dan Mi'raj. Lebah juga dipilih sebagai bagian yang menjelaskan manusia seutuhnya. Karena manusia seutuhnya ; manusia mu'min, menurut Rasulullah adalah :
"Bagaikan lebah, tidak makan kecuali yang baik dan indah, seperti kembang yang semerbak ; tidak menghasilkan sesuatu kecuali yang baik dan berguna, seperti madu yang dihasilkan lebah itu."
Seorang ilmuwan Austria, Karl Van Fritch menjelaskan bahwa keajaiban lebah bukan hanya terlihat pada jenisnya, yang jantan dan yang betina, tetapi juga jenis yang bukan jantan dan bukan betina. Keajaibannya juga bukan tidak hanya terlihat pada sarang-sarangnya yang tersusun dalam bentuk lubang-lubang yang sama bersegi enam dan diselubungi oleh selaput yang halus menghalangi udara atau bakteri menyusup ke dalamnya, juga tidak hanya terletak pada khasiat madu yang dihasilkannya, yang menjadi obat bagi sekian banyak penyakit.
Keajaiban lebah mencakup itu semua, dan mencakup pimpinan seekor "ratu". Lebah yang berstatus ratu ini, karena rasa "malu" yang dimiliki dan dipeliharanya, telah menjadikannya enggan untuk mengadakan hubungan seksual dengan salah satu anggota masyarakatnya yang jumlahnya dapat mencapai sekitar 30.000 ekor. Di samping itu, keajaiban lebah juga tampak pada bentuk bahasa dan cara mereka berkomunikasi.
"dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah: buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudakan (bagimu). dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan." (QS al-Nahl [16]: 68-69
Tidak ada komentar:
Posting Komentar